Setiap orang yang berakal pasti memiliki sebuah cita-cita yang ingin
di wujudkan. Namun kita harus sadar bahwa setaip cita-cita belum tentu
terwujud dalam waktu yang kita inginkan. Yang prnting satu tekada dan
keinginan mau belajar dan mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan.
Ketika kita masih sekolah semangat dan idealisme mengejar cita-cita
begitu besar. Hampir semua siswa yang ada di sekolah, umumnya memilki
cita-cita. Ada yang ingin menjadi dokter, guru, insinyur, pengusaha
sukses , penulis dan lain-lain. Namun sayangnya ilmu tentang bagaimana
mewujudkan cita-cita secara nyata, jarang kita peroleh di sekolah. Pada
umumnya sekolah hanya mengajarkan kepada kita tentang bagaimana
memperoleh prestasi yang bagus pada setiap mata pelajaran, tanpa mau
memperhatikan aspek-aspek lain yang bisa dikembangkan. Sehingga ketika
mereka lulus mereka harusmenghadapi kenyataan bahwa apa yang pernah
mereka bayangkan di sekolah tidak bisa terwujudkan dengan mudah.
Di sekolah kita memang memperoleh berbagai macam pengetahuan, tapi
pada umumnya pengetahuan itu bersifat teoritis, sehingga ketika kita
dihadapkan pada kehidupan nyata, kita bingung bagaimana harus bertindak.
Sehingga saya menyimpulkan bahwa pendidikan belum mempersiapkan siswa
secara sungguh dalam menghadi sebuah kenyataan hidup. Ini adalah ilmu
yang mahal, karena tidak semua orang bisa dengan mudah menghadapi sebuah
kegagalan.
Saya sendiri pernah mengalami masa-masa seperti. Waktu sekolah sangat
antusias dan semangat menjadi orang sukses. Berbagai macam kegiatan
organisasi sekolah dari OSIS, pramuka, olah raga, sampai music saya
ikuti. Dari kegiatan itu saya mendapatkan banyak wawasan bagaimana
menjadi siswa siswa yang mempunyai kelebihan. Tapi jujur saja saya belum
pernah mendapatkan ilmu bagaimana menghadapi kehidupan nyata setelah
saya lulus sekolah.
Apa yang kita pikirkan belum tentu jadi kenyataan itulah yang saya
alami. Saya harus menerima nasib bahwa saya harus gagal kuliah karena
orang tua tidak mampu membiayai. Saat itu saya meresa bingung, tidak
tahu bagaiaman harus menentukan langkah. Keterpurukan pun menghampiri
saya.
Selama empat tahun lulus sekolah hidup saya lalui dengan cukup berat,
kesana-kemari melamar kerja di pabrik di Jakarta tidak saatu pun ada
panggilan. Karena tidak mau menganggur kerja apapun saya lakukan. Saya
pernah menjadi tukang tukang amplas mebel, pernah jadi tukang kompor
dapur, dan jadi kuli bangunan. Itu adalah masa-masa yang berat bagi
saya. Ditambah lagi saya juga pernah terjerumus pada hal-hal yang tidak
baik seperti berkelahi dan mengkonsumsi minuman keras. Lengkap sudah
keterpurukan saya. Hidup susah masih saya persusah dengan tingkah laku
saya yang tidak baik.
Alhamdulillah saya pun segera sadar, bahwa apa yang saya lakukan
tersebut salah. Saya mulai menata kembali puing-puing semangat saya yang
telah hilang. Saya mulai memperbaiki diri, dengan banyak berdoa kepada
Tuhan, berkumpul dengan orang-orang baik, dan terus belajar untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Tepat di tahun 2007 saya memutuskan
untuk kuliah, dengan modal nekad. Orang tua saya awalnya juga kaget,
mereka bingung bagaimana dengan uang kuliah yang akan saya gunakan.
Waktu itu saya membuat kesepakatan dengan orang tua bahwa saya akn
membiayai kuliah saya sendiri sambil bekerja. Melihat tekad dan semangat
saya yang besar, mereka pun merestui bahkan mereka mau membantu kuliah
saya semampu mereka.
Saking semangatnya sayapun segera mendaftarka diri di Sekolah Tinggi
Negeri Di Kota Kudus. Tapi sayang nasib baik belum menyertaiku saya
gagal mengikuti seleksi di Sekolah Tinggi tersebut. Tapi saya gak patah
semangat, tidak diterima di situ saya pun mendaftarkan diri di
Universitas lain, tapi masih satu kota. Kali ini Tuhan mengabulkan
doaku, saya di terima dan resmi menjadi mahasiswa.
Saat kuliah pun hambatan selalu ada. Saya pernah tidur di gudang
tempat saya bekerja, yang tidak ada jendela dan pintunya, tidur beralas
tikar, kalau hujan kebocoran, dan kalau malam kaya rumah hantu sangat
menyeramkan. Tapi saya masih bersyukur masih punya tempat tinggal.
Menginjak semester 2 kuliah. Bosku bangkrut, saya terpaksa harus
manganggur untuk beberapa saat, saya pun pernah tidur di Musola selama
dua buan karena tidak punya kos-kosan. Namun saya mencoba untuk tegar,
karena saya yakin badai akan berlalu.
Keyakinan saya terwujud, tanpa saya sadari pertolongan datang
bertubi-tubi kepada saya. Pertolongan itu banyak sekali, Tuhan melalui
tante saya memberika rejeki tambahan untuk biaya kuliah saya, ada teman
saya yang menawarkan tempat tinggal gratis, dan masih banyak lagi.
Hingga akhirnya saya punya tempat tinggal menetap dan bisa kuliah lebih
serius.
2011 kemarin saya telah di wisuda. Bangga rasanya Tuhan telah
mewujudkan impian saya. Bukan itu saja, Tuhan telah memberikan hadiah
kepada saya, yang lebih dari yang saya cita-citakan. Lulus kuliah saya
mendapatkan rekomendasi untuk menjadi staf pengajar tempat saya kuliah.
Ini adalah hadiah luar bisa yang diberikan Tuhan kepada saya. Mungkin
bagi sebagian orang, apa yang saya raih ini belumlah apa-apa. Tapi bagi
saya apa yang saya raih ini adalah nikmat yang tidak ternilai harganya.
Dengan begini saya bisa mengatakan bahwa ketika kita punya cita-cita,
genggamlah cita-cita itu dan raihlah dengan perjuangan, niscaya Tuhan
akan mewujudkan cita-cita tersebut.
Beranjak dari situlah saya berusaha berbagi dengan teman-teman dan
selalu mengatakan tidak ada kata terlambat untuk melakukan sebuah
perubahan. Kuncinya satu belajar, belajar dan belajar.
Cita-Cita Harus Diperjuangkan
Popular Posts
- Kata Bijak / Kata Mutiara Tentang Motivasi
- Kata Bijak / Kata Mutiara Tentang Motivasi
- Jenis-Jenis Potensi Yang Ada Pada Diri Manusia
- Tata Cara Mandi Wajib (Janabah) Yang Benar
- DO’A MAU BELAJAR
- Cara Mutusin Pacar yang Baik buat Cowok atau cewek
- Lafal Niat Shalat Lima Waktu
- Tata Cara Mandi Wajib (Janabah) Yang Benar
- Puisi Islami
- Kata Kata Galau Sabtu Malam Mingg
0 komentar:
Post a Comment