Bersikap Terhadap Masa Lalu
Setiap orang pasti punya masa lalu. Ada yang masa lalunya baik-baik saja, namun ada juga yang masa lalunya kelam. Tapi setiap orang punya cara menyikapi masa lalunya masing-masing. Ada yang masa lalunya bahagia, tapi saat ini hidupnya kelam. Kebalikannya ada yang masa lalunya kelam, tapi saat ini bahagia. Namun ada juga yang masa lalunya kelam sampai sekarang masih tetap kelam, ada juga yang masa lalunya bahagia sampai sekarang ia tetap bahagiaKeterangan di atas dapat saya gambarkan dalam kolom berikut!
No | Masa lalu | Saat ini | Masa Depan |
1 | Bahagia (Banyak harta, hidup kecukupan, usaha lancar dll) | Kelam (Harta habis, hidup kekurangan, usaha bangkrut) | ? |
2 | Kelam (Sering gagal, hidup kekurangan, pesimis, minim pengalaman dll) | Bahagia (Menikmati keberhasilan, hidup berkecukupan, cerdas dan banyak pengalaman, dll) | ? |
3 | Bahagia (Banyak harta, hidup kecukupan, keluarga bahagia, dermawan, dll) | Bahagia (keadaanya tidak berubah, malah lebih baik) | ? |
4 | Kelam (Hidup kekurangan, sering gagal, impian belum terwujud, suka mengeluh, dll) | Kelam (keadaan tidak berubah, ada yang lebih buruk) | ? |
Dari gambar di atas ada bagian yang saya isi tanda tanya, itulah nanti yang akan saya bahas dalam sub selanjutnya. Saat ini kita fokus dulu pada dua kolom sebelumnya. Kenapa isi dan kolom itu berubah, namun juga ada yang tetap? Inilah yang saya sebut kemampuan bersikap terhadap masa lalu. Hal ini yang telah mempengaruhi bagaimana kehidupan kita pada saat ini.
Saya ingin mengatakan bahwa apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, kita harus bisa menyikapinya dengan positif. Saya sendiri pernah punya masa lalu yang kelam. Pernah mengalami keterpurukan mental dan hidup dalam sesuatu yang tidak jelas. Cukup lama saya berada dalam keadaan itu. Hingga suatu hari saya bisa keluar dan bangkit dari keterpurukan tersebut. Saat itulah saya merasakan bahwa kehidupan saya mulai berubah. Saya mulai banyak belajar bagaimana bersikap terhadap masa lalu dan merespon apa yang ada di sekitar saya saat itu. Alhasil kebahagiaan telah saya dapat pada saat ini.
Terus bagaimana dengan masa depan kita?
Jawaban dari pertanyaan ini ada di dalam diri kita masing-masing. Mari kita berlomba-lomba mengisi kolom kosong di atas dengan respon dan tindakan kita saat ini. Tidak peduli dalam apapun keadaan kita saat ini.
Kemampuan Merespon Stimulus
Mengutip pernyataan Raja Bambang Sutikno dalam bukunya yang berjudul The Power of 4QBahwa di antara stimulus dan respon ada ruang. Pada ruang itu terletak hak kita, feedom and power to choose, dalam pilihan itu terhampar nasib kita. Dari pernyataan tersebut saya menyimpulkan bahwa untuk menanggapi diantanya masalah yang kita alami ada kemampuan diri untuk memunculkaan respon. Dan kemampuan inilah yang akan menjadikan kita mencapai apa yang kita inginkan di masa depan.
Saya jadi teringat di mana saya pernah dihadapkan pada suatu pilihan antara kuliah dan bekerja. Saat itu saya bingung, karena kesulitan harus bersikap. Kebingungan saya diakibatkan karena saya tahu orang tua saya tidak punya cukup biaya untuk menyekolahkan saya. Inilah stimulus yang saya terima saat itu. Namun saya sadar kalau tidak segera merespon stimulus tersebut saya akan tetap dalam kebingungan. Akhirnya keputusan saya ambil, saya harus kuliah.
Untuk menindaklanjuti respon tersebut saya, segera membicarakan hal ini dengan orang tua, dengan membuat sebuah kesepakatan. Alhamdulillah orang tua mendukung. Tidak lama kemudian saya pun mendafar kuliah. Namun apa yang terjadi, saya tidak diterima di kampus tempat saya mendaftar. Namun saya sadar ini sudah terjadi, saya tidak boleh sedih dan harus segera merespon atas kegagalan ini. Keputusan untuk mendaftar ke kampus lain pun saya pilih, meskipun saya tahu biayanya dua kali lipat lebih besar. Tapi itulah keputusan saya, yang akhirnya membawa hasil. Saya di terima dan bisa menjadi mahasiswa.
Apa yang pernah saya alami tersebut menjadikan saya semakin dewasa dan tahu bagaimana merespon setiap stimulus dengan benar.
Bagaimana mengasah kemampuan merespon stimulus?
Ada dua hal yang bisa kita lakukan untuk belajar bagaimana merespon stimulus dengan baik1. Jangan suka menyalahkan
Apa yang terjadi dengan hidup kita sepenuhnya adalah tanggung jawab kita sendiri. Jangan pernah kita beranggapan bahwa apa yang terjadi ini adalah kesalahan orang lain. Dengan kita menyalahkan orang lain, maka kesempatan kita memperbaiki diri akan hilang. Sebenarnya menyalahkan orang lain hanyalah sarana untuk menutupi kelemahan diri, karena kita tidak mau dianggap salah oleh orang lain. Tapi apakah dengan tindakan tersebut kita bahagia? Silahkan jawab dengan hati nurani kita!
2. Evaluasi diri
Melihat kesalahan oraang lain memang mudah, tapi melihat kesalahan diri sendiri tidak mudah. Sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya tepat, karena menurut saya kita tidak cukup kenal dengan orang lain. Apa yang dirasakannya, apa yang diinginkannya, atau apa yang menjadi alasannya, dan lain-lain. Jadi bagaimana mungkin kita lebih bisa melihat kesalahan orang lain. Kalaupun kita melihat itu hanya dari yang kasat mata saja.
Terus kalau melihat kesalahan diri sendiri susah, itu hanyalah akal-akalan. Coba kita mau jujur dengan diri kita, mau mencoba mengavaluasi diri dan introspeksi diri setiap saat maka saya yakin kita akan mudah melihat kesalahan diri sendiri. Saya yakin kita bukan orang bodoh, kita punya akal, punya pikiran, punya hati nurani, jadi bagaimana mungkin kita sulit melihat kesalahan diri kita sendiri.
Dengan kemampaun evaluasi diri ini, maka kita akan mau belajar bagamana mencari solusi atas apa yang yang terjadi dalam kehidupan kita.
Beberapa hal di atas adalah sebuah petunjuk bagi kita bahwa untuk mencapai masa depan yang baik di tentukan oleh respon kita pada saat ini. Pernyataan ini serupa dengan apa yang di sampaikan oleh Raja Bambang Sutikno bahwa “HARI ESOK ANDA DI TENTUKAN OLEH RESPONS ANDA SAAT INI !
0 komentar:
Post a Comment