Allah Azza wa-Jalla Ta’ala telah memberi penjelasan tentang dua Perjuangan : Perjuangan Dzahir dan Perjuangan Batin.
Jihad Batin adalah perjuangan melawan hawa nafsu,
watak nalurinya, setan serta taubat dari kemaksiatan, dosa-dosa, dan
meninggalkan hal-hal yang menyenangkan yang diharamkan. Sedangkan Jihad
Lahir adalah Jihad melawan orang-orang kafir yang kontra terhadap Allah
dan RasulNya, melalui senjata dan berperang.
Jihad Batin itu lebih sulit dibanding Jihad Lahir,
karena Jihad Batin itu dilakukan terus menerus dan menjadi keharusan.
Bagaimana tidak lebih sulit? Sebab Jihad Batin berarti memutuskan segala
kecenderungan nafsu yang dilarang, menjauhinya, dan menjalankan seluruh
perintah Allah serta menjauhi laranganNya.
Siapa pun yang bisa meraih perjuangan lahir batin
berarti ia mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat. Luka-luka yang
menimpa jasad syuhada’, seperti luka ditangan anda, tak berasa.
Sedangkan mati di tangan Mujahid yang melawan nafsunya, yang bertobat
dari dosanya, seperti minuman dingin di mata orang yang haus dahaga.
Wahai kaum Sufi, tak ada yang membebanimu, kecuali
Allah akan memberikanmu sesuatu yang lebih baik dibanding bebanmu.
Setiap saat mestinya punya makna khusus di hatimu untuk Allah, baik
berkait dengan perintah maupun laranganNya. Berbeda dengan kebanyakan
makhluk dan orang-orang munafik yang menjadi musuh-musuh Allah Azza
wa-Jalla, karena kebodohan dirinya terhadap kebenaran dan sikap
bermusuhannya terhadap Allah Ta’ala, mereka masuk ke neraka.
Bagaimana mereka tidak masuk neraka? Sedangkan mereka
di dunia kontra terhadap Allah Ta’ala, mengikuti keselarasan nafsunya,
egonya, tradisinya, setan-setannya, mendahulukan kepentingan dunianya
dibanding akhiratnya.
Bagaimana tidak masuk neraka? Mereka telah
mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, tidak beriman, tidak mengamalkan
perintahNya dan tidak menjauhi laranganNya.Wahai kaumku, berimanlah
dengan Qur’an ini, amalkan dan ikhlaslah dalam mengamalkannya, tidak
untuk diteriakkan, dan jangan sampai kalian munafik dalam amaliahmu,
jangan sampai mencari pujian dari makhluk dan mencari balas budi mereka.
Sedikit sekali orang yang beriman dan Qur’an
diamalkan benar-benar demi Wajah Allah. Karenanya betapa minoritasnya
kaum muhklisin, dan betapa banyaknya kaum munafik. Bahkan betapa kalian
ini sangat malas dalam ketaatan kepada Allah Azza wa-Jalla, justru
kalian lebih semangat taat kepada musuhmu, yaitu setan yang dirajam.
Kaum Sufi senantiasa berharap, dalam detik-detiknya
tidak lepas dari tugas-tugas Allah azza wa-Jalla. Mereka benar-benar
mengetahui bahwa kesabaran terhadap tugas dan ketentuanNya serta
takdirNya, itu merupakan limpahan kebajikan dunia akhirat, yang berarti
berselaras dengan kehendak dan tindakanNya, kadang ia bersabar, kadang
pula ia bersyukur, kadang dalam nuansa dekat dan kadang merasa jauh,
kadang dalam kesibukan yang penat kadang pula dalam rasa ringan, kadang
dalam limpahan kekayaan dan kadang dalam kemiskinan, kadang sehat kadang
sakit. Seluruhnya tidak lepas dari kebersamaannya dengan Allah Azza
wa-Jalla. Itulah yang paling penting bagi mereka, harapan bagi
kesalamatan mereka dan keselamatan makhluk lain ketika bersama Sang
Khaliq Azza wa-Jalla, dan mereka terus menerus memohon kepadaNya bagi
kemaslahatan manusia.Anak-anak sekalian.
Jadilah kalian ini selalu berpijak pada yang benar,
maka kalian akan cemerlang. Jika kalian benar dalam hukum, kalian fasih
dalam pengetahuan. Jika kalian benar dalam batin, akan fasih dalam
lahir. Seluruh keselamatan ada dalam ketaatan, yaitu menjalankan
perintah dan menjauhi larangan, bersabar atas seluruh ketentuanNya.
Siapa yang memohon ijabah dari Allah maka Allah Ta’ala akan mengijabahi,
siapa yang taat padaNya maka seluruh makhluk pun taat kepadanya.
Wahai jamaahku. Terimalah dariku, aku yang
menasehatimu. Aku mendampingimu, dan mendampingi apa yang yang
diberlakukan oleh Allah kepadaku dan kepadamu. Jangan sampai kalian
mencurigaiku, karena aku hanya ingin kebahagiaanmu sebagaimana
kebahagiaanku. Nabi Saww bersabda:”Orang beriman tidak akan sempurna
keimanannya sampai ia berhasrat agar saudaranya muslim mendapatkan apa
yang didapatkannya.” Inilah sabda junjungan dan panutan kita, yang
membimbing kita dan mensyafaati kita. Seorang pemuka para Nabi dan
Rasul, para shiddiqin, dari masa Adam as, sampai hari kiamat kelak.
Betapa kesempurnaan iman telah terhalang oleh kehendak orang yang tidak
mencintai saudaranya yang muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Bila anda mencintai diri anda, anda akan memakai
pakaian terbaik, makanan paling lezat, tempat tinggal paling elok, harta
yang banyak, kenapa anda tidak bersikap seperti itu untuk sahabat anda
yang muslim. Berarti anda sungguh pendusta, jika anda mengaku telah
sempurna iman anda.
Wahai orang yang mau berfikir, lihatlah tetanggamu
miskin, sedangkan anda punya harta. Mereka wajib menerima zakat anda,
bahkan setiap hari anda memetik laba anda, bahkan sangat berlebih dari
sekadar kecukupan sehari-hari, lalu anda menghalangi untuk memberikan
harta anda, sementara mereka pun si miskin itu tetap rela dengan
kekuarangannya. Namun karena hawa nafsumu, setanmu ada di belakangmu,
yang membuat anda sulit berbuat baik, sedangkan ambisi anda terus
bergolak untuk harta dunia anda, iman dan ketaqwaan sangat minim,
sungguh anda telah melakukan kemusyrikan melalui harta dan sesama
makhluk. Sementara tak ada kebajikan pada dirimu.
Siapa saja yang banyak kesenangannya pada dunia,
ambisinya liar sampai lupa maut, lupa kelak bertemu Allah, tidak bisa
membedakan yang halal dan yang haram, sesungguhnya orang itu telah
serupa dengan orang-orang kafir. Mereka katakan:”Tidak ada kecuali
kehidupan dunia, dimana kami mati dan hidup. Tak ada yang menghancurkan
kami kecuali sang waktu.” (Al-Jatsiyah 24) Seakan-akan anda ini seperti
bagian dari mereka, hanya saja anda menggunakan baju Islam, dan anda
telah mengalirkan darah anda dengan dua syahadat, anda ikut sholat,
puasa, hanya sebagai tradisi kebiasaan, bukan sebagai ibadah. Tampaknya
dimata khalayak anda orang yang bertaqwa, sedangkan hatimu pengecut, dan
itu sama sekali tidak berguna.
Wahai kaum Sufi, sungguh mana berguna bagimu, lapar
dan dahaga di siang hari, sedang di malam hari anda memakan barang
haram. Puasa di siang hari, maksiat di malam hari. Anda mencegah untuk
minum di siang hari lalu anda berbuka dengan darah kaum muslimin.
Diantara kalian puasa di siang hari, fasik di malam harinya. Rasulullah
saw, bersabda:”Ummatku tidak akan hina sepanjang memuliakan bulan
Ramadlan.”(Hr Muslim)
Mengagungkan bulan Ramadlan itu dengan ketaqwaan, dan
berpuasa hanya untuk Allah Ta’ala disertai menjaga batas
syariat.Anak-anak sekalian. Berpuasalah. Dan ketika berbuka, bagilah
bukamu dengan kaum miskin. Jangan anda makan sendiri, jika anda makan
sendiri, dikawatirkan anda tertimpa kesulitan dan kemiskinan.Wahai
kaumku: Anda semua kenyang sementara tetangga anda lapar, sedangkan anda
mengaku sebagai orang beriman. Imanmu tidak sah, ketika makanan
berlimpah sedangkan ada sang miskin sedang di pintumu lalu anda
menolaknya. Dalam sekejap tersebar berita anda, dan sekejab pula anda
bisa jatuh miskin, anda pun ditolak dimana-mana ketika meminta.
Sungguh perhatikan! Semestinya anda himpun dua hal
apa yang ada di tanganmu dan sekaligus tangan lain memberikan. Tawadlu’
(rendah hati) ketika anda bangkit, dan memberikan harta di satu sisi.
Nabi kita Sayyidina Muhammad Saww, memberi orang yang meminta dengan
tangannya, dan beliau juga memerah sendiri air susu onta, memerah susu
kambing, dan menjahit bajunya.Bagaimana kalian mengaku mengikuti
jejaknya, sedangkan anda anda justru kontra dengan beliau baik dalam
tindakan, ucapan dan perbuatan? Anda membuat pengakuan tanpa bukti?
Kalau anda Yahudi sejati mestinya sangat patuh pada Taurat yang benar,
begitu juga kalau anda muslim sejati mestinya memenuhi syarat-syarat
ke-Islaman anda, jika tidak jangan mengaku-aku sebagai muslim sejati.
Mestinya anda memenuhi syarat ke-Islaman, hakikat ke-Islaman, yaitu
menyerahkan sepenuhnya dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Pedulilah
kepada makhluk, sampai akhirnya Allah peduli padamu. “Cintailah orang
yang ada di muka bumi, sampai mencintaimu yang di langit.”Sepanjang
dirimu tegak dengan dirimu, kamu tidak akan sampai ke maqom ini.
Sepanjang kamu masih memelihara hasrat dan
kesenangannya kamu pasti berada dalam tali ikatannya, dan mencegahmu
untuk sampai kepada Allah. Karena kamu hanya sampai pada bagian ego
nafsumu dengan kehancurannya. Hak nafsu itu adalah kesenangan berpesta,
berpakaian, minum dan tempat yang nyaman di dalamnya, bagiannya adalah
kelezatan dan syahwat. Maka ambillah dengan tangan syariat. Sepanjang
anda mengambil itu menurut kadar dan kepastian dari Allah Azza wa-Jalla,
maka boleh anda makan. Duduklah di pintu syariat dan berbaktilah, anda
akan bahagia. Allah swt telah berfirman:“Apa yang datang dari Rasul,
maka ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah.” (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan
dirimu padanya. Jika banyak yang anda dapat dari kepastianNya,
sebagaimana ilmuNya, maka disanalah anda berada. Jika anda menerima
dengan gampang, anda tidak akan hancur, bahkan tak akan pernah luput
dari anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri berkata, “Cukuplah bagi orang
beriman, sekadar makanan ringan, cukuplah kurma jelek dan seteguk
air.”Orang beriman itu makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik makan
untuk menikmati makanan. Orang beriman mengkonsumi makanan karena ia
butuh kekuatan melintasi jalan menuju tempat, dimana tempat itu justru
seluruh kebutuhannya tercukupi, karenanya ia makan hanya sekadar kuat
saja. Sedang orang munafik memang tidak punya tempat, tidak punya tujuan
hidup. Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor. Usiamu kalian
potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu,
sementara kalian teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan
berpijak pada kebenaran. Dunia tidak akan abadi bagi siapa pun, begitu
pula bagimu. Apakah kalian masih punya harapan hidup bersama Allah Azza
wa-Jalla?
Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang
menumpuk dunianya, membangun dunianya, sementara di satu sisi ia
merobohkan bangunan akhiratnya, dengan mengumpulkan dunia dan membuang
agamanya. Benar-benar dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza
wa-Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada
makhlukNya. Kalau dia tahu bakal mati dalam waktu dekat, hadir di
hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh perbuatannya, maka tidak
ada yang banyak dari jumlah amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, “Wahai
anakku, sebagaimana engkau sakit, kalian tidak tahu bagaimana
tiba-tibanya penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian tidak tahu
bagaimana anda nanti mati.”Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan
kalian. Tapi kalian tidak pernah perhatikan, tidak pernah menghindari.
Kalian malah lenyap dari kebaikan sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda
tua, dan dunia tidak ada gunanya, bahkan semua yang anda kumpulkan jadi
bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian menanggung tugas dan
memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang, jika kalian
bicara, lalu saling bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu hadir
keburukan diantara kalian. Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu
Allah Azza wa-Jalla, dan mereka ini sebagai bukti dan argument
kebenaran atas mereka. Jika khalayak tidak menerima, maka kaum mukmin
akan meraihnya sebagai nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka ini
adalah musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama Tauhid, dan sirnakan kami dari makhluk dan selain DiriMu secara total.
Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih
musyrik, sesungguhnya di tangan para makhluk itu tak berarti apa-apa.
Sebuah kemuliaan di mata penguasa, para raja, orang-orang kaya, semua
itu hakikatnya di tangan Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya,
terserah Dia membolak balikkannya.”Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya,
dan Dia Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu,
seperti orang yang mendidik anjing dan memanjakannya, suatu ketika
lengah anjing itu akan memangsanya pula. Jangan kau andalkan senjata
nafsumu dan jangan pula mengasah ketajamannya, karena akan mengenai
dirimu di wadah kehancuran ketika nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi
nafsu dan jangan melewati syahwatnya.
Ya Allah tolonglah kami atas nafsu-nafsu kami. Ya
Tuhan berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan
lindungilah kami dari azab neraka.