Tiga setengah tahun lalu, seorang dokter yang lebih hebat dari Tuhan
mengatakan, bahwa “hidupku tinggal tiga tahun lagi”, katanya yang pasti
dengan embel-embel “itupun, andai aku masih mampu bertahan”. Sedih..
saat mendengarnya.., dan hanya itulah yang kurasakan, ketika aku harus
memilih yang kuyakini, sementara apa yang kuyakini tidak dapat kupilih.
Mungkin, aku terlalu rapuh seperti kapuk yang terbungkus, kala menyerah
pada keadaan yang tidak memberiku pilihan. Saat seperti ini, kadang
kurasakan bahwa hidup ini terlalu kejam, dan aku hanya bisa pasrah,
menghibur diri, sambil berkata bahwa semua yang hidup pasti akan mati.
‘Keberadaan hanyalah berasal dari ketiadaan, yang menjadi ada, dan pada
akhirnyapun tiada’.
Tuhan telah memberi cobaan. Ibarat tersungkur, aku telah jatuh
kelobang sangat dalam dan sulit untuk bangkit kembali, di lobang itu
tidak ada pilihan bagiku, selain melupakan impian dan menguburnya
dalam-dalam, bersama semua cita-cita.Dan hanya dengan sisa-sisa
keyakinanlah kutapaki perjalanan yang tak mudah bagiku untuk melangkah,
melewati hari dan menempuhnya dengan perasaan yang benar-benar pasrah.
Aku hanya bisa berusaha untuk tidak mengeluh, dan memaki diri sendiri
meskipun dalam keadaan tidak berdaya atau dengan hati yang telah patah
sekalipun. Walau aku sedang dalam keadaan kecewa atas nasib yang
menimpa, bukan berarti aku harus mengatakan, bahwa Tuhan tidak adil,
lantas menyumpahi-NYA atas derita yang bertabur dendam.
Sejak saat itu, kujalani hidup bagai sebuah pengembaraan mimpi yang
harus kulalui, hidupku laksana mencari letak dimana matahari menepi,
sementara ia tak pernah meninggalkan jejak untuk kutelusuri. Aku seperti
kumbang meratap, berlari dengan setengah sayap, yang tak mungkin bisa
terbang ke langit, untuk menggapai mimpi-mimpi. Di antara tangisan yang
tak lagi menghasilkan air dari kelopak mata, aku selalu bertutur bahwa
hidup adalah sebuah pilihan dan aku harus memilih baik atau buruk yang
di tentukan oleh pikiranku sendiri. Dari pikiranku itulah mengalir
sumber dari segala sumber kebahagian dan kesedihan, pikirankulah yang
membuat bahagia atau tidaknya apa yang kurasakan. Dengan sisa-sisa
keyakinan itulah aku mencoba bertahan untuk menuliskan bagian dari
sebuah perjalanan dalam penggalan bait-bait kisah yang entah sampai
kapan akan berakhir, akupun juga tak pernah mengetahui.
Pikiran Adalah Sumber Dari Apa Yang Kita Rasakan.
Popular Posts
- Kata Bijak / Kata Mutiara Tentang Motivasi
- Kata Bijak / Kata Mutiara Tentang Motivasi
- Jenis-Jenis Potensi Yang Ada Pada Diri Manusia
- Tata Cara Mandi Wajib (Janabah) Yang Benar
- DO’A MAU BELAJAR
- Cara Mutusin Pacar yang Baik buat Cowok atau cewek
- Lafal Niat Shalat Lima Waktu
- Tata Cara Mandi Wajib (Janabah) Yang Benar
- Puisi Islami
- Kata Kata Galau Sabtu Malam Mingg
0 komentar:
Post a Comment